RSUD Banten Diduga Tolak Tindakan Pasien Tidak Mampu

RSUD Banten Diduga Tolak Tindakan Pasien Tidak Mampu

Banten5|Serang- Jamidin, warga kp. Bolang Bunut, Desa Teras Bendung, Kecamatan Lebak Wangi, Kabupaten Serang – Banten, tidak mendapatkan tindakan dari bagian Ortopedi RSUD Provinsi Banten lantaran menggunakan SKTM. Tidak hanya itu, sebelumnya juga bahkan diketahui jika pelayanan RSUD Banten dinilai lamban.

Menurut kerabatnya, Birin, pihak RSUD Banten saat awal kejadian laka tunggal meminta untuk mendaftar Umum dengan biaya Rp 1,6 Juta karena tidak ada keterangan dari pihak kepolisian.

“Dua bulan lalu, Pasien kita bawa ke RSUD Banten karena laka tunggal tanpa didampingi oleh pihak kepolisian, karena namanya orang kampung jadi tidak ada yang tau kalo laka harus ada laporan ke kepolisian,” Ujar Birin.

Setelah mendapatkan perawatan satu malam, pasien dibawa pulang paksa oleh pihak kerabat lantaran hawatir akan biaya yang makin besar dan melanjutkan pengobatan alternatif dirumah. Namun hingga dua bulan tidak ada perubahan bahkan tulang tangan yang patah diduga tidak menyambung dan tidak bisa digerakkan.

“Kemarin kita bawa ke RSUD Banten lagi dengan membawa SKTM, karena khawatir kondisi pasien makin parah, tapi saat masuk ke ruang ortopedi, dokter hanya melihat saja tanpa ada penanganan lebih lanjut dan hanya diberikan obat,” keluhnya Birin kepada media,

“Yang tragisnya lagi, asisten dokter mengatakan bahwa SKTM hanya bisa untuk berobat, jadi untuk tindakan oprasi harus menunggu BPJS PBI aktif.” Katanya

Pihak kerabat sudah mengajukan aktivasi BPJS PBI ke Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Serang, namun menurut operator layanan aktivasi memerlukan waktu selama 6 bulan lantaran keterbatasan kuota dan anggaran Pemkab Serang.

“Kami pihak kerabat, sangat miris karena pasien yatim-piatu yang hidup sebatang kara. Harusnya pasien mendapatkan penanganan operasi karena sudah kesakitan tiap hari, tapi tidak bisa karena harus nunggu BPJS PBI aktif dulu selama 6 bulan.” Pungkasnya.

Menanggapi hal tersebut, Direktur RSUD Banten Dr. Danang mengatakan bahwa hal tersebut tidak benar. “Engga lah mas,” ujarnya singkat melalui pesan WhatsApp.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *