Momen anak pertama kali masuk sekolah selalu terasa spesial. Ada rasa haru, bangga, juga semangat baru sebagai orang tua yang ingin memberi pendidikan terbaik. Namun di balik euforia itu, banyak orang tua yang terkejut karena ternyata biaya masuk sekolah tidak berhenti di uang pangkal dan seragam saja. Ada sederet biaya tak terduga yang sering luput dari perencanaan, dan kalau tidak diantisipasi, bisa bikin keuangan bulanan ikut goyah.
Masuk sekolah bukan hanya urusan administrasi. Ini adalah transisi besar, baik bagi anak maupun bagi keuangan keluarga. Maka penting untuk memahami apa saja pos biaya yang sering muncul diam-diam, agar kamu bisa menyiapkan diri lebih baik, bukan sekadar “siap mental”, tapi juga siap finansial.
1. Biaya seragam tambahan dan perlengkapan tak terduga
Kebanyakan sekolah memang memberikan daftar seragam di awal. Biasanya seragam harian, olahraga, dan batik. Namun setelah berjalan beberapa minggu, sering kali muncul kebutuhan tambahan: jaket seragam, topi, dasi, bahkan sepatu khusus dengan warna tertentu.
Belum lagi, kalau si kecil sedang tumbuh cepat, seragam barunya bisa kekecilan hanya dalam hitungan bulan. Orang tua akhirnya harus membeli seragam baru lagi, di luar anggaran awal.
Selain itu, perlengkapan sekolah seperti alat tulis, tas, botol minum, dan tempat makan sering kali perlu diganti agar sesuai dengan kebutuhan harian di sekolah. Mungkin terlihat kecil, tapi kalau dijumlahkan, bisa menambah pengeluaran ratusan ribu rupiah.
2. Uang kegiatan dan acara sekolah
Setelah anak mulai bersekolah, jadwal kegiatan akan mulai padat, mulai dari lomba, pentas seni, kunjungan edukasi, hingga acara ulang tahun sekolah. Semua kegiatan itu biasanya memerlukan biaya tambahan yang tidak kecil.
Misalnya, acara “outing class” ke kebun binatang mungkin hanya Rp100.000, tapi kalau terjadi beberapa kali dalam setahun, totalnya bisa setara dengan satu bulan SPP.
Orang tua baru seringkali belum siap dengan biaya-biaya ini karena tidak ada dalam brosur pendaftaran. Padahal, kegiatan seperti ini sangat penting untuk perkembangan sosial dan mental anak. Maka mau tidak mau, orang tua harus menyesuaikan anggaran agar tetap bisa berpartisipasi tanpa stres.
3. Kebutuhan pendukung di rumah
Masuk sekolah artinya juga perubahan gaya hidup di rumah. Orang tua perlu menyesuaikan banyak hal, mulai dari jadwal tidur anak, pola makan, hingga kebutuhan alat bantu belajar.
Misalnya, kamu mungkin perlu menyediakan meja belajar baru, lampu khusus agar anak nyaman belajar, atau bahkan biaya tambahan untuk internet karena anak mulai belajar secara digital. Semua ini adalah bentuk investasi kecil, namun tetap membutuhkan dana ekstra yang sering tidak diperhitungkan di awal.
Untuk keluarga dengan dua orang tua yang bekerja, ada tambahan lain: biaya antar-jemput sekolah atau penitipan anak (daycare) jika jam sekolah belum sesuai dengan jam kerja. Lagi-lagi, ini bukan biaya kecil, dan tanpa perencanaan, bisa membebani pengeluaran bulanan.
4. Biaya tak terduga dari kegiatan ekstra
Ketika anak mulai menunjukkan minat tertentu seperti les menggambar, berenang, atau belajar musik, kebanyakan orang tua ingin mendukung. Sayangnya, biaya ekstrakurikuler sering kali muncul setelah masa sekolah berjalan beberapa bulan, bukan di awal tahun ajaran.
Biaya ini bisa bervariasi, mulai dari Rp200.000 hingga jutaan rupiah per bulan tergantung jenis kegiatan dan fasilitas yang digunakan.
Menolak keinginan anak bisa terasa sulit karena kita tahu kegiatan itu bisa mendukung tumbuh kembangnya. Namun, di sinilah pentingnya perencanaan dan kesiapan finansial agar bisa tetap mendukung tanpa merasa terbebani.
5. Antisipasi dengan dana cadangan atau opsi pinjaman aman
Biaya sekolah pertama anak sering kali menjadi pengingat bahwa perencanaan finansial keluarga harus fleksibel. Dana darurat idealnya bisa menutup kebutuhan tak terduga seperti ini, namun tidak semua orang tua memiliki tabungan khusus untuk pendidikan anak.
Di sinilah pentingnya memiliki opsi finansial yang bisa diandalkan. Jika situasi mendesak datang, seperti harus segera membayar kegiatan sekolah, membeli perlengkapan baru, atau melunasi biaya tambahan yang tak terduga kamu bisa memanfaatkan opsi pinjaman pendidikan digital yang aman dan transparan.
Salah satunya adalah Neo Pinjam di neobank dari Bank Neo Commerce. Melalui pinjaman online untuk biaya sekolah di Neo Pinjam, kamu bisa mendapatkan akses dana cepat dengan proses pengajuan online, bunga yang jelas, serta tenor fleksibel sesuai kemampuan.
Neo Pinjam punya kelebihan, yaitu:
– Tenor minimal 3 bulan – maksimal 24 bulan
– Limit pinjaman hingga Rp100.000.000
– Bunga mulai dari 0,06% flat per hari (setara dengan maksimum APR 21,9% per tahun)
– Tidak ada biaya tersembunyi atau penalti pelunasan lebih awal
Ditambah, pinjaman online untuk biaya sekolah ini juga bebas biaya admin saat pencairan. Meskipun mudah dan cepat, pengajuan kamu tetap melalui evaluasi kelayakan untuk menjaga keamanan pengguna dan mencegah risiko kredit bermasalah.
Download neobank di PlayStore atau App Store dan ajukan Neo Pinjam sekarang. Kunjungi link Neo Pinjam untuk tahu info lengkap serta syarat & ketentuan mengenai Neo Pinjam.
***
PT Bank Neo Commerce Tbk berizin dan diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) & Bank Indonesia (BI), serta merupakan bank peserta penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
Artikel ini juga tayang di VRITIMES